Masih ada kesempatan Itikaf Mencari Pahala Lailatul Qadar, Ayo sister dan mas Bro jangan Ketinggalan…!

By | 27 Juni 2016

Beberapa malam tersisa dari 10 malam terakhir di bulan ramadhan ini, yang dimulai 2 malam yang lalu, masih ada kesempatan mencari pahala besar Lailatul Qodar dan beritikaf di Masjid. Ayo sister and mas bro, jangan mau ketinggalan dan menyesal! Rugi gendut lho…!

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Alhamdulillahi robbil aalamiin..atas segala nikmat, anugrah, rohmat dan hidayah yang Alloh berikan kepada kita. Allah telah memberi kita nikmat lahir maupun bathin. Allah memberi kita nikmat “ashihatu walfarogh” (kesehatan dan kesempatan) bisa menjumpai bulan ramadhan tahun ini.

Juga Alloh memberi hidayah hingga kita bisa menetapi agama Islam yang berdasarkan Quran hadits. Bersyukur kepada Alloh SWT masih diberi umur hingga saat ini kita masih hidup dan belum ditarik dari peredaran orbit kehidupan dunia yang fana yang pasti kita tinggalkan ini, sementara banyak saudara-saudara kita yang telah dipanggil duluan baik sebelum ramadhan maupun saat sudah memasuki bulan ramadhan.

Tak terasa ya kita bentar lagi lebaran? hehe…Bahkan mungkin rasanya belum lama tahun lalu bulan ramadhan, kok sdh ramadhan lagi. Perputaran waktu berjalan begitu cepatnya sebagai salah satu tanda-tanda qiamat.

Seyogyanya kita perlu evaluasi apakah ramadhan tahun ini lebih baik daripada tahun lalu/tahun-tahun sebelumnya, ataukah mengalami kemunduran?

Bagaimana kualitas puasa kita dibanding tahun lalu? bagaimana shalat tarawih kita? bagaimana bacaan Quran kita (kalau tahun lalu tidak tamat, sudahkah kita berusaha menamatkannya di tahun ini? apakah tahun lalu bacaan Quran kita belum lancar apakah sekarang ada peningkatan atau belum?), bagaimana perjuangan kita mencari pahala malam qodar tahun lalu, apa yang mesti kita perbaiki di ramadhan tahun ini?, bagaimana zakat fitrah kita tahun lalu…dst instrospeksi tiada henti.

itikaf

Suasana itikaf mencari pahala 1000 bulan lailatul qadar

in syaa Alloh beberapa malam tersisa dari 10 malam terakhir di bulan ramadhan ini, yang dimulai 2 malam yang lalu di malam ke-21, kita akan mencari pahala Lailatul Qodar.

Sebagaimana kita ketahui pahala Lailatul qadar adalah promo besar-besaran dari Alloh SWT yakni Pahala seribu bulan +-83,3 tahun atau 30.000 malam.

Beribadah 1 malam di malam qodar = ibadah 30.000 malam. Lonjakan obral pahala yang begitu besar.

*1000* bulan = *83, 3* tahun

*1* tahun islam = *360* hari.

*83,3 x 360 = 30.000 malam*

Selain mendapat keutamaan lebih baik daripada 1000 bulan orang yang bersungguh-sungguh mencari Lailatul Qodar juga mendapat “bonus” berupa pengampunan dosa :

َ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.

Rasulullah s.a.w bersabda: “Barangsiapa menegakkan lailatul qodar karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. HR. Al-Bukhari: 34

Berbicara Lailatul qodar kita akan ingat asbabul nuzul turunnya Firman Alloh dalam Surat Al Qodar berikut ini :

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

yakni kisah 4 orang Bani Isroil yg ahli ibadah, yang beribadah tanpa cela karena selama 80 tahun beribadah kepada Allah SWT tidakk pernah melanggar kepada Alloh sekejap matapun. Ke-4 ahli ibadah tersebut adalah Ayyub, Zakariyya, Hizqil bin A’juz dan Yusya’ bin Nun.

Seperti disebut dalam hadits di bawah ini :

ذَكَرَ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا أَرْبَعَةً مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَبَدُوا اللَّهَ ثَمَانِينَ عَامًا، لَمْ يَعْصَوْهُ طَرْفَةَ عَيْنٍ فَذَكَرَ أَيُّوبَ وَزَكَرِيَّا وَحِزْقِيلَ بْنَ الْعَجُوزِ وَيُوشَعَ بْنَ نُونٍ قَالَ: فَعَجِبَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ ذَلِكَ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ عَجِبَتْ أُمَّتُكَ مِنْ عِبَادَةِ هَؤُلاءِ النَّفَرِ ثَمَانِينَ سَنَةً لَمْ يَعْصَوْهُ طَرْفَةَ عَيْنٍ، فَقَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ خَيْرًا مِنْ ذَلِكَ. فَقَرَأَ عَلَيْهِ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ هَذَا أَفْضَلُ مِمَّا عَجِبْتَ أَنْتَ وَأُمَّتُكَ: فَسُرَّ بِذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسُ مَعَهُ

… dari Ali bin Urwah mengatakan: Rasulullah SAW bercerita suatu masa ada empat orang Bani Isroil beribadah kepada Allah delapan puluh tahun tidak pernah melanggar pada Allah sekejab matapun, (Rasulullah SAW) menyebutkan mereka adalah : Ayyub, Zakariyya, Hizqil bin A’juz dan Yusak bin Nun. Ali mengatakan maka para sahabat Rasululllah SAW takjub terhadap mereka.

Maka Jibril datang pada Nabi dan berkata,”Wahai Muhammad umatmu terheran-heran terhadap mereka, beribadah selama delapan puluh tahun tanpa berbuat dosa sekejap matapun. Maka sesungguh Allah menurunkan yang lebih baik daripada demikian itu. Maka Jibril membacakan pada Nabi;

” إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُالْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ”

“Sesungguhnya Aku (Allah) menurunkan berita ini dalam malam Qodr. Apakah yang engkau ketahui tentang Malam Qodr? Lailatul Qodr lebih baik dari seribu bulan”.

Ini lebih utama daripada apa-apa yang engkau dan umatmu herankan. Maka bergembiralah dengan kabar ini, Rasulullah dan para manusia besertanya. [Hadist Riwayat Abi Hatim No. 19426]

Seperti yang sama-sama kita ketahui sesuai petunjuk Rasulullah SAW bahwa Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari).

Malam ini insyaA kita memasuki mlm 23 termasuk malam ganjil di 10 mlm terakhir yg ada dalil tersendiri yakni :

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari).

Dalam hadits lain, dijelaskan, terjadinya lailatul qadar di “tujuh malam” terakhir bulan ramadhan itu lebih memungkinkan sebagaimana hadits dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ – يَعْنِى لَيْلَةَ الْقَدْرِ – فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِى

“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim).

Juga dikuatkan oleh sabda Rasulullah SAW,

الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى تَاسِعَةٍ تَبْقَى ، فِى سَابِعَةٍ تَبْقَى ، فِى خَامِسَةٍ تَبْقَى

“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.” (HR. Bukhari).

Sebenarnya Rasulullah SAW pernah diberi tahu bovorannya kapan turunnya Lailatul Qadar hanya saja Rasulullah diqodarkan dilupakan oleh Alloh krn gara-gara ada 2 orang muslim yg bertengkar.

Sebagaimana hadits berikut ini:

َخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ حُمَيْدٍ حَدَّثَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ يُخْبِرُ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ فَتَلَاحَى رَجُلَانِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَقَالَ إِنِّي خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ وَإِنَّهُ تَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ فَرُفِعَتْ وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ الْتَمِسُوهَا فِي السَّبْعِ وَالتِّسْعِ وَالْخَمْسِ.

Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah bin Sa’id Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ja’far dari Humaid, Telah menceritakan kepadaku Anas bin Malik berkata, telah mengabarkan kepadaku ‘Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Rasulullah s.a.w keluar untuk menjelaskan tentang Lailatul Qodar, lalu ada dua orang muslimin saling berdebat. Maka Nabi s.a.w bersabda: “Aku datang untuk menjelaskan Lailatul Qodar kepada kalian, namun fulan dan fulan saling berdebat sehingga akhirnya diangkat (lailatul qodar), dan semoga menjadi lebih baik buat kalian, maka itu carilah (lailatul qodar) itu pada hari yang ketujuh, enam dan lima”. HR. Al- Bukhari: 47

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ ابْنُ عُلَيَّةَ، عَنْ هِشَامٍ الدَّسْتُوَائِيِّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: اعْتَكَفْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ مِنْ رَمَضَانَ، فَقَالَ: «إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَأُنْسِيتُهَا، فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، فِي الْوَتْرِ»

[حكم الألباني] صحيح

… dari Abi Said Al-Hudri, berkata: Saya itikaf bersama Rasulillahi SAW sepuluh hari yang tengah dari bulan Ramadan maka Nabi bersabda,”Sesungguhnya saya diperlihatkan pada malam Qodr maka saya dilalaikan (oleh Allah) tentang Lailatul Qodr tersebut. Maka carilah Lailatul Qodr itu dalam sepuluh hari terakhir yang ganjil”.

[Hadist Ibnu Majah no. 1766 Kitabushiam]

Catatan: in syaa Alloh ada hikmah dibalik dilupakannya rasulullah SAW tsb dimana Allah menyembunyikan pengetahuan tentang terjadinya lailatul qadar di antaranya adalah agar terbedakan antara orang yang sungguh-sungguh untuk mencari malam tersebut dengan orang yang kurang sungguh-sungguh.

Karena orang yang benar-benar ingin mendapatkan sesuatu tentu akan bersungguh-sungguh dalam mencarinya bahkan memasang target sukses. Dengan memiliki target, kita akan punya amunisi yang bernama motivasi.

Kita bisa memasang target sukses mendapatkan pahala lailatul qodar misal mengamalkan shalat tasbih setiap malam, doa malam,shodaqoh,membaca AlQuran, membaca istighfar 1000x, PR13, memperbanyak membaca doa mlm qodar

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

doa itulah yang disarankan /sangat dianjurkan dibaca di malam qodar, sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ « قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى »

“Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab, “Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni’ (artinya ‘Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. [shohih}.

Hal ini juga sebagai rahmat Allah agar hamba memperbanyak amalan pada hari-hari tersebut dengan demikian mereka akan semakin bertambah dekat dengan-Nya dan akan memperoleh pahala yang amat banyak.

Semoga Allah memudahkan kita memperoleh malam yang penuh keberkahan ini.

Ibarat lomba lari, supaya jadi juara maka semakin mendekati finish, harus sprint, lari lebih kenceng daripada sebelumnya.

Ramadhan yg penuh pahala akan segera berakhir.

Jangan kalah sama nyamuk, di 10 malam terakhir in syaa A nyamuk rajin mendatangi kita.

In syaa Allih belum pernah diberitakan orang masuk RS gara2 mempersungguh mencari malam qodar.

Semoga nanti bilamana diberi umur, selepas kita dari training centre/pemusatan latihan di bulan ramadhan ini, kita dijadikan oleh Alloh menjadi pribadi2 yang lebih bertaqwa, menjadi seorang ahli/terbiasa : ahli baca Quran, ahli dzikir, dsb. shg punya amalan andalan dan mendapat derajat surga Firdaus…aamiin.

Tanda Lailatul Qadar

Diantara tanda terjadinya Lailatul Qodar adalah pada malam tsb turun hujan:

حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ يَحْيَى عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ سَأَلْتُ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ فَقَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْجُدُ فِي الْمَاءِ وَالطِّينِ حَتَّى رَأَيْتُ أَثَرَ الطِّينِ فِي جَبْهَتِهِ.

Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim berkata, telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Yahya dari Abu Salamah berkata, “Aku bertanya kepada Abu Sa’id Al Khudri (tentang Lailatul Qadar). Lalu ia menjawab, “Aku melihat Rasulullah s.a.w sujud di atas air dan lumpur (karena turun hujan) hingga aku bisa melihat bekas lumpur itu di dahi beliau.” HR. Al- Bukhari: 792

Tanda-tanda lain :

* Udara dan angin sekitar terasa tenang.

* Alloh menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain. Bahkan diceritakan banyak yg berat/ngantuk.

* Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim)

I’tikaf

Ramadhan benar-benar bulan yang penuh rahmat dan barokah. Pada sepuluh hari terakhir Allah membuka lebar pintu pahala dan pengampunan. Selain turunnya Lailatul Qodar sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah waktu untuk Itikaf.

Itikaf adalah berdiam diri di dalam Masjid, dengan merenung, taqarrub (mendekat), beribadah, berzikir dan mohon ampunan kepada Allah.

Salah satu ketentuan ibadah iktikaf adalah tidak keluar dari masjid atau masuk rumah kecuali hanya untuk keperluan buang hajat. Juga tidak boleh masuk rumah menjimak istri selama melaksanakan itikaf.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ: «يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ، فَسَافَرَ عَامًا، فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْعَامِ الْمُقْبِلِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا» [حكم الألباني] صحيح

… dari Abiyin bin Ka’bin sesungguhnya Nabi s.a.w. itikaf sepuluh hari akhir dari bulan Ramadhan. Maka pada tahun perjalanan (10 Hijriyah). Ketika pada tahun beliau (Nabi) diwafatkan, Nabi itikaf dua puluh hari. [Hadist Ibnu Majah no. 1770 Kitabushiam]

… وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ …

… janganlah kamu pergauli istri-istrimu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya…. [Surah Al-Baqarah ayat 187]

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ قَالَ: أَنْبَأَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، وَعَمْرَةَ بِنْتِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ عَائِشَةَ، قَالَتْ: إِنْ كُنْتُ لَأَدْخُلُ الْبَيْتَ لِلْحَاجَةِ، وَالْمَرِيضُ فِيهِ، فَمَا أَسْأَلُ عَنْهُ إِلَّا وَأَنَا مَارَّةٌ، قَالَتْ: وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، «لَا يَدْخُلُ الْبَيْتَ إِلَّا لِحَاجَةٍ إِذَا كَانُوا مُعْتَكِفِينَ»

[حكم الألباني] صحيح

… sesungguhnya Aisyah meriwayatkan: Bahwa saya masuk rumah untuk keperluan, dan di dalam rumah ada orang sakit, maka saya tidak bertanya dari orang sakit kecuali saya hanya lewat: dan adapun Rasulillah s.a.w. tidak masuk rumah kecuali karena hajatnya ketika beliau itikaf. [Hadist Ibnu Majah no. 1776 Kitabushiam].

Itu semua tiada berguna, tak bergune kalau kita tdk karena-Alloh.

Semua yg kita lakukan mari kita niati Karena-Alloh, berharap ridho Alloh semata, dalam rangka mengabdi dan menyembah kepada Alloh yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya, mengabdi dan menyembah kepada Alloh Yang Maha Sempurna dan Maha Agung baik Dzatnya, sifat-sifat-Nya dan perbuatan-Nya,dilandasi menyembah kepada Tuhan yg tiada tuhan (yg wajib disembah) kecuali Alloh “Laa ilaah illoh”, betul2 lillahi ta’ala, dilandasi mencari rohmat Alloh “yarjuuna rohmatahu wayakhofuuna adzabahu”, dilandasi keimanan dan mencari pahala:

Namun andaikan kita bisa hadir di 10 malam terakhir dengan berbagai amalan, kita juga jangan merasa kebanyakan pahala.

Dalam semua ibadah kita kita harus punya keyakinan ibadah kita kalau dinilai dg surga tdk ada apa2nya.

Jangan merasa sudah kebanyakan pahala.

Seperti dalam cerita pendalaman syarah asmaul husna tentang cerita di zaman kenabian bani isroil, ada ahli ibadah yg ibadah selama 500thn,tdk maksiat sm sekali. Dia ditempatkan oleh Alloh di suatu pulau di tengah samudra yg di pulau itu ada mata air yg banyak karomah. Ketika ia meninggal, ia berkata kepada Alloh, masukkan saya ke surga sebab amalku.

Oleh Alloh langsung dilemparkan ke neraka.iaa protes. Alloh berfirman : surgaKu terlalu mahal kalau hanya dibeli dg amalanmu. (ibadah 500thn tanpa maksiat tdk sebanding dg surga Alloh). Kemudian rojul itu meralat “masukkanlah sy ke surga dg Rohmat-Mu”. Akhirnya ia dimasukkan surga Alloh.

Alloh menyediakan 2 tmpt di akhirat : Surga dan neraka. Bila tidak ada “reward dan punishment” yakni surga neraka kita tidak perlu beribadah, misal mati jadi debu kemudian tidak ada balasan surga-neraka ..oleh karena itu tidak ada pilihan lain selain beribadah mencari ridho Alloh SWT. Seberat-beratnya di dunia, tentu masih lebih berat di neraka…dan kalo ada cara yang lebih gampang tentu kita akan memilih itu.

Kita tidak bisa menghindar dari surga neraka, pasti salah satu dari 2 tempat ini, kita tempati. Berdasarkan sabda Nabi SAW:

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا لَهُ مَنْزِلَانِ , مَنْزِلٌ فِي الْجَنَّةِ , وَمَنْزِلٌ فِي النَّارِ. رواه ابن ماجة

Tidak ada salah satu dari kamu sekalian kecuali dipersiapkan 2 tempat, tempat satu di surga, tempat kedua di neraka.

Dalam AlQuran :

فَرِيْقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيْقٌ فِي السَّعِيْرِ. (سورة الشورى أية ٧) (segolongan di surga, segolongan di neraka).

Surga-neraka, penentuannya sesuai dengan apa yang kita amalkan waktu kita hidup di dunia ini.

Kalau kita hidup di dunia yang sekali ini, mampu, berhasil, bisa, menetapi tuntunan Allah-Rasul disertai karena-Alloh s/ tutup pol ajal matinya masing-masing, mbesok di akhirat PASTI SURGA!.

Kok beraninya memastikan?! karena, Alloh, Rosul yang memastikan!

وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ… سورة النساء اية ١٣

مَنْ اَرَادَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَالْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ. رواه الترمذى ج ٥ ص٣١٥

Sebaliknya, waktu kita hidup sekali di dunia ini, kok tidak bisa, tidak mampu, tidak berhasil menetapi tuntunan Allah-Rasul disertai karena-Alloh s/ tutup pol ajal matinya masing-masing, di akhirat nanti, PASTI NERAKA! Kok beraninya memastikan? Karena, Alloh yang memastikan itu! Alloh dan Rosul yang memastikan!

Berdasarkan friman-Nya :

وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا…

Kembali ke topik artikel ini, kita masih ada kesempatan beritikaf di masjid untuk mencari pahala seribu bulan yakni pahala lailatul qodar.

Semoga Alloh memberi kita kekuatan dan kesehatan dan dapat meraih pahala lailatul qodar tsb.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *