Malam Tahun Baru 2017 Dimanakah Kita?

By | 29 Desember 2016

Malam tahun baru 2017 menurut kalender masehi, insyaAllah bertepatan dengan hari Sabtu 31 Desember 2016. Ya, dua hari lagi, usia bumi ini menurut kalender masehi sudah akan berusia 2017 (dua ribu tujuh belas) tahun, lumayan lama ya?

malam tahun baru, tahun baru, tahun baru 2017

Pergantian tahun biasanya sebuah momen yang ditunggu-tunggu dan diisi dengan berbagai persiapan untuk merayakannya tidak hanya oleh kalangan pemuda-pemudi namun juga orang-orang dewasa dan orang tua karena dianggap sebagai momen spesial. Biasanya hotel-hotel dan penginapan di tempat wisata telah di booking jauh sebelumnya. Demikian pula assesories pelengkap seperti terompet dan kembang api sudah dibeli untuk memeriahkannya. Bagaimana dengan anda?

Sesungguhnya…,

Pergantian tahun menandakan jatah umur kita makin berkurang dan makin mendekati kematian. Setuju?

Tahun berganti tahun, menurut kacamata agama, kondisinya makin lebih jelek/ rusak daripada tahun sebelumnya, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW :

َقال الإمام البخاري في صحيحه : بَاب لَا يَأْتِي زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ
فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ

Dalam hadits lain lafalnya :

لاَ يَأْتِي عَلَيْكُمْ عَامٌ ، إِلاَّ الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ

“Tidak datang atas kalian, suatu tahun, kecuali (tahun yang datang itu) lebih jelek daripada tahun sebelumnya”

Tahun berganti tahun secara kacamata duniawi tentu lebih maju baik dari sisi kecanggihan teknologi dan ilmu pengetahuan, dan lain-lain yang bersifat keduniawian.

Namun, dari sisi agama, justru malah sebaliknya, tahun yang datang akan lebih jelek daripada tahun sebelumnya. Makin bertambah tahun, kemerosotan moral manusia makin besar, kemaksiatan makin merajalela diman-mana, sarana prasarana menuju perbuatan dosa dan maksiat makin nyata dan terbuka lebar.

Lihat saja, tontonan yang tidak pantas ditonton anak-anak kecil sudah bertebaran dimana-mana, sinetron-sinetron gaya anak muda masakini menjadi tuntunan bagi anak-anak kecil, anak kecil sudah berpacaran, perzinahan makin banyak, rasa malu menutup aurat dan melanggar sudah merosot, lelaki perempuan yang bukan mahramnya bergaul bebas tanpa rasa malu malah dipamer-pamerkan di media sosial, dll. Astaghfirullah adzim…naudzubillah min dzalik!

Demikian pula dalam perniagaan, makin banyak perniagaan yang subhat, mengandung riba dan haram yang mungkin karena ketidak tahuan sehingga kita malah melakukannya dan menjadi pemain utamanya. Kadang orang sudah tidak peduli lagi apakah yang ia peroleh dari hasil halal ataukah haram.

عن ابي هريرة رضي الله عنه عن النبي صَلَّى اللهُ عليه وآله وسَلَّم قال: «لَيأتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمانٌ لاَ يُبَالِي المَرءُ بِمَا أَخَذَ المالَ أَمِنْ حَلالٍ، أمْ مِنْ حَرامٍ»- أخرجه البخاري في «البيوع»، باب قول الله: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً﴾: (2083)
Dari Abi Huroiroh Radhiallahu ‘anhu, dari Nabi Sallallohu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : ” Niscaya akan datang kepada manusia suatu zaman dimana seseorang sudah tidak peduli lagi dengan harta yang diperolehnya, apakah dari yang halal, ataukah dari yang haram ” (HR. Shahih Bukhary – 2083 di dalam Kitabul Buyu’/ Perniagaan).

Tanda Akhir Zaman, Orang Sudah Tidak Peduli lagi : ” Harta diperoleh dari yang Halal atau Haram ! “

Itulah kerusakan akhir zaman yang tidak mungkin dihindari selama kita masih hidup di dunia ini. Paling tidak akan terkena “asapnya”.

Tahun Baru Islam dan Tahun Baru Masehi

Seperti awal paragraf tulisan ini, tanggal 31 Des 2016 nanti adalah pergantian malam tahun baru masehi. Sementara pergantian tahun Hijriyah bagi umat Islam yakni tanggal 1 Muharram 1438 H sebenarnya sudah lewat beberapa bulan yang lalu yakni di Bulan Oktober 2016 yang lalu.

*) Kalender Hijriyah atau Kalender Islam (bahasa Arab: التقويم الهجري; at-taqwim al-hijri), adalah kalender yang digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya.

Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun di mana terjadi peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M.

Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriyah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Kalender Islam menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi) yang menggunakan peredaran Matahari.

Penentuan dimulainya sebuah hari dan tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari dan tanggal dimulai pada pukul 00.00 dini hari waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari dan tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut.

Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.

Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan matahari.

Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion).

Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari Matahari (aphelion).

Dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 – 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari).

Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak).

Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari.

Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.

Penetapan kalender Hijriyah dilakukan pada zaman Khalifah Umar bin Khatab, yang menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah. Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29-30 hari.

Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman Allah Subhana Wata’ala:

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. ” – At Taubah(9):36 –

Sebelumnya, orang Arab pra-kerasulan Rasulullah Muhammad SAW telah menggunakan bulan-bulan dalam kalender hijriyah ini. Hanya saja mereka tidak menetapkan ini tahun berapa, tetapi tahun apa.

Misalnya saja kita mengetahui bahwa kelahiran Rasulullah SAW adalah pada tahun gajah.Abu Musa Al-Asyári sebagai salah satu gubernur pada zaman Khalifah Umar r.a. menulis surat kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya, hanya tanggal dan bulan saja, sehingga membingungkan.

Khalifah Umar lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior waktu itu. Mereka adalah Utsman bin Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Sa’ad bin Abi Waqqas r.a., Zubair bin Awwam r.a., dan Thalhah bin Ubaidillah r.a. Mereka bermusyawarah mengenai kalender Islam. Ada yang mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah saw.

Ada juga yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad saw menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah usul dari Ali bin Abi Thalib r.a. yaitu berdasarkan momentum hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Yatstrib (Madinah).

Maka semuanya setuju dengan usulan Ali r.a. dan ditetapkan bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya Rasulullah saw. Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender hijriyah ini diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku pada masa itu di wilayah Arab.

Nama-nama bulan

Kalender Hijriyah terdiri dari 12 bulan:
No Penanggalan Islam Lama Hari
1 Muharram 30
2 Safar 29
3 Rabiul awal 30
4 Rabiul akhir 29
5 Jumadil awal 30
6 Jumadil akhir 29
7 Rajab 30
8 Sya’ban 29
9 Ramadhan 30
10 Syawal 29
11 Dzulkaidah 30
12 Dzulhijjah 29/(30)

Total 354/(355)
Keterangan

Tanda kurung merupakan tahun kabisat dalam kalender Hijriyah dengan metode sisa yaitu 2-3-3 yang berjumlah 11 buah yaitu 2,5,8,10,13,16,18,21,24,26 dan 29.

Kalender Hijriyah terdiri dari 7 hari. Sebuah hari diawali dengan terbenamnya Matahari, berbeda dengan Kalender Masehi yang mengawali hari pada saat tengah malam. Berikut adalah nama-nama hari:

Al-Ahad (Minggu)
Al-Itsnayn (Senin)
Ats-Tsalaatsa’ (Selasa)
Al-Arbaa-a / Ar-Raabi’ (Rabu)
Al-Khamsah (Kamis)
Al-Jumu’ah (Jumat)
As-Sabt (Sabtu)

Penentuan kapan dimulainya tahun 1 Hijriah dilakukan 6 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad. Namun, sistem yang mendasari Kalender Hijriah telah ada sejak zaman pra-Islam, dan sistem ini direvisi pada tahun ke-9 periode Madinah.

Sistem kalender pra-Islam di Arab

Sebelum datangnya Islam, di tanah Arab dikenal sistem kalender berbasis campuran antara Bulan (komariyah) maupun Matahari (syamsiyah). Peredaran bulan digunakan, dan untuk mensinkronkan dengan musim dilakukan penambahan jumlah hari (interkalasi).

Pada waktu itu, belum dikenal penomoran tahun. Sebuah tahun dikenal dengan nama peristiwa yang cukup penting pada tahun tersebut. Misalnya, tahun di mana Muhammad lahir, dikenal dengan sebutan “Tahun Gajah”, karena pada waktu itu, terjadi penyerbuan Ka’bah di Mekkah oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Yaman (salah satu provinsi Kerajaan Aksum, kini termasuk wilayah Ethiopia).
Revisi penanggalan

Pada era kenabian Muhammad, sistem penanggalan pra-Islam digunakan. Pada tahun ke-9 setelah Hijrah, turun ayat 36-37 Surat At-Taubah, yang melarang menambahkan hari (interkalasi) pada sistem penanggalan.
Penentuan Tahun 1 Kalender Islam

Setelah wafatnya Nabi Muhammad, diusulkan kapan dimulainya Tahun 1 Kalender Islam. Ada yang mengusulkan adalah tahun kelahiran Muhammad sebagai awal patokan penanggalan Islam. Ada yang mengusulkan pula awal patokan penanggalan Islam adalah tahun wafatnya Nabi Muhammad.

Akhirnya, pada tahun 638 M (17 H), khalifah Umar bin Khatab menetapkan awal patokan penanggalan Islam adalah tahun di mana hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Penentuan awal patokan ini dilakukan setelah menghilangkan seluruh bulan-bulan tambahan (interkalasi) dalam periode 9 tahun. Tanggal 1 Muharram Tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622, dan tanggal ini bukan berarti tanggal hijrahnya Nabi Muhammad. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad terjadi bulan September 622. Dokumen tertua yang menggunakan sistem Kalender Hijriah adalah papirus di Mesir pada tahun 22 H, PERF 558.
Tanggal-tanggal penting

Tanggal-tanggal penting dalam Kalender Hijriyah adalah:
Penanggalan Hari Keterangan
1 Muharram Tahun Baru Hijriyah Tahun baru umat Islam
10 Muharram Hari Asyura

Saat Nabi Adam diciptakan, dan saat di mana ia bertaubat

Saat bahtera Nabi Nuh mendarat
Saat Nabi Idris diangkat ke Surga
Saat Nabi Ibrahim selamat dari api Namrudz
dan banyak lagi

12 Rabiul Awal Maulud Nabi Muhammad (hari kelahiran Nabi Muhammad)
27 Rajab Isra’ Mi’raj
1 Ramadhan Puasa Satu bulan penuh umat Islam menjalankan Puasa di bulan Ramadan
17 Ramadhan Nuzulul Qur’an Pertama kali Al Quran diturunkan
10 hari ganjil terakhir Ramadan Lailatul Qadar Malam penuh kemuliaan di bulan Ramadhan
1 Syawal Idul Fitri Hari Raya Idul Fitri
8 Dzulhijjah Hari Tarwiyah

Umat Islam yang berhaji, berangkat menuju Mina
Saat Nabi Ibrahim bermimpi menyembelih anaknya Nabi Ismail

9 Dzulhijjah Wukuf Wukuf di Padang Arafah
10 Dzulhijjah Idul Adha Hari Raya Idul Adha
11, 12, 13 Dzulhijjah Hari Tasyriq
Hisab dan Rukyat

Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni mengamati penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah bulan baru (ijtima). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Apabila hilal terlihat, maka pada petang tersebut telah memasuki tanggal 1.

Sedangkan hisab adalah melakukan perhitungan untuk menentukan posisi bulan secara matematis dan astronomis. Hisab merupakan alat bantu untuk mengetahui kapan dan di mana hilal (bulan sabit pertama setelah bulan baru) dapat terlihat. Hisab seringkali dilakukan untuk membantu sebelum melakukan rukyat.

Penentuan awal bulan menjadi sangat signifikan untuk bulan-bulan yang berkaitan dengan ibadah, seperti bulan Ramadan (yakni umat Islam menjalankan puasa ramadan sebulan penuh), Syawal (yakni umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri), serta Dzulhijjah (di mana terdapat tanggal yang berkaitan dengan ibadah Haji dan Hari Raya Idul Adha). Penentuan kapan hilal dapat terlihat, menjadi motivasi ketertarikan umat Islam dalam astronomi. Ini menjadi salah satu pendorong mengapa Islam menjadi salah satu pengembang awal ilmu astronomi sebagai sains, lepas dari astrologi pada Abad Pertengahan.

Sebagian umat Islam berpendapat bahwa untuk menentukan awal bulan, adalah harus dengan benar-benar melakukan pengamatan hilal secara langsung (rukyatul hilal). Sebagian yang lain berpendapat bahwa penentuan awal bulan cukup dengan melakukan hisab (perhitungan matematis), tanpa harus benar-benar mengamati hilal. Metode hisab juga memiliki berbagai kriteria penentuan, sehingga seringkali menyebabkan perbedaan penentuan awal bulan, yang berakibat adanya perbedaan hari melaksanakan ibadah seperti puasa Ramadan atau Hari Raya Idul Fitri.
Rupa-rupa

Menurut perhitungan, dalam satu siklus 30 tahun Kalender Hijriyah, terdapat 11 tahun kabisat dengan jumlah hari sebanyak 355 hari, dan 19 tahun dengan jumlah hari sebanyak 354 hari. Dalam jangka panjang, satu siklus ini cukup akurat hingga satu hari dalam sekitar 2500 tahun. Sedangkan dalam jangka pendek, siklus ini memiliki deviasi 1-2 hari.

Microsoft menggunakan Algoritma Kuwait untuk mengkonversi Kalender Gregorian ke Kalender Hijriyah. Algoritma ini diklaim berbasis analisis statistik data historis dari Kuwait, namun dalam kenyataannya adalah salah satu variasi dari Kalender Hijriyah tabular.

Untuk konversi secara kasar dari Kalender Hijriyah ke Kalender Masehi (Gregorian), kalikan tahun Hijriyah dengan 0,97, kemudian tambahkan dengan angka 622.

Setiap 33 atau 34 tahun Kalender Hijriyah, satu tahun penuh Kalender Hijriyah akan terjadi dalam satu tahun Kalender Masehi. Tahun 1429 H lalu terjadi sepenuhnya pada tahun 2008 M.

Kalender Hijriah dan Penanggalan Jawa

Sistem Kalender Jawa berbeda dengan Kalender Hijriyah, meski keduanya memiliki kemiripan. Pada abad ke-1, di Jawa diperkenalkan sistem penanggalan Kalender Saka (berbasis Matahari) yang berasal dari India. Sistem penanggalan ini digunakan hingga pada tahun 1625 Masehi (bertepatan dengan tahun 1547 Saka), Sultan Agung mengubah sistem Kalender Jawa dengan mengadopsi Sistem Kalender Hijriah, seperti nama-nama hari, bulan, serta berbasis lunar (komariyah). Namun, demi kesinambungan, angka tahun saka diteruskan, dari 1547 Saka Kalender Jawa tetap meneruskan bilangan tahun dari 1547 Saka ke 1547 Jawa.

Berbeda dengan Kalender Hijriah yang murni menggunakan visibilitas Bulan (moon visibility) pada penentuan awal bulan (first month), Penanggalan Jawa telah menetapkan jumlah hari dalam setiap bulannya.
Lihat pula

Hisab dan rukyat
Islam
Kalender
Kalender Gregorian
Kalender Julian
Kalender Aritmatikal Lunar

**)

Tulisan mulai *) s.d **) diambil dari sumber Wikipedia.

Dari penjelasan di atas, sebenarnya ada beberapa perbedaan sistem penanggalan antara Tahun baru Islam dan Tahun Baru Masehi :

1. Kalender Islam menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, sedangkan kalender biasa (kalender Masehi) menggunakan peredaran Matahari.

2. Penentuan awal tanggal 1 pada kalender Hijriah berdasarkan tanggal saat hijrahnya Rasulullah dari mekah ke Medinah, sedangkan penanggalan masehi berdasarkan hari lahir Nabi Isa (Al-Masih).

3. Sebuah hari pada kalender hijriah diawali dengan terbenamnya Matahari (maghrib), berbeda dengan Kalender Masehi yang mengawali hari pada saat tengah malam (pk.00.00).

Bagaimana Mensikapi Tahun Baru?

1. Pergantian tahun merupakan media evaluasi dan instropeksi diri.

Waktu seperti sungai, kita tidak bisa menyentuh air yang sama untuk kedua kalinya, karena air yang telah mengalir akan terus berlalu dan tidak akan pernah kembali.

2. Bentengi diri dengan Kefahaman Agama dan Ilmu Agama. (Jaga diri, keluarga dan umat dengan Kefahaman dan Ilmu). Hobi mengaji dan mendengarkan nasehat.

3. Bergaul dengan orang-orang shalih/ shalihah.

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ :

” سَتَكُونُ فِتَنٌ يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا ، وَيُمْسِي كَافِرًا إِلا مَنْ أَحْيَاهُ اللَّهُ بِالْعِلْمِ “

“Akan ada/ terjadi beberapa fitnah (kerusakan), dimana seorang laki-laki pagi-pagi keadaan beriman dan sore hari keadaan kufur/ tidak beriman. Kecuali orang yang dihidupkan oleh Alloh dengan ILMU”. ( HR. Ibnu Majah).

Ilmu saja juga tidak berarti apa-apa kalau tidak dibarengi dengan kefahaman. Banyak orang yang ilmunya banyak tapi kefahaman agamanya sebaliknya. Ilmu dapat dipelajari tapi kefahaman harus dicari.

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ وَهُوَ يَخْطُبُ عَلَى الْمِنْبَرِ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَقُولُ : ” يَا أَيُّهَا النَّاسُ , إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ , وَالْفِقْهُ بِالتَّفَقُّهِ وَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ , وَإِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَا
Artinya : …” Wahai Manusia, Kalian belajarlah, sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan belajar, dan kefahaman itu dengan mencari kefahaman, dan barang siapa saja yang Allah menghendakinya pada kebaikannya maka Allah akan memahamkannya dalam urusan agama”. (HR.Bukhari).
Kefahaman agama tidak datang serta merta, tapi melalui suatu proses yakni banyak mengaji dan mendengarkan nashihat.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (٢) سورة الأنفال

“..Dan ketika dibacakan ayat-ayat Alloh kepada mereka, maka BERTAMBAHLAH KEIMANAN mereka…”

Dengan penjelasan di atas, bil khusus bagi umat muslim, pertanyaannya, : ” dimanakah kita pada saat pergantian malam tahun baru 2017 nanti?”

Alhamdulillah, akhir-akhir ini semakin banyak komunitas muslim yang mengisi waktu pergantian tahun maupun waktu-waktu lainnya dengan kegiatan muhasabah dan kegiatan positif lainnya seperti yang selama ini telah dilakukan oleh warga LDII :- tidak di hotel
– tidak ke mall
– tidak ke bioskop
– apalagi dugem
– tiada hura-hura
– tanpa kembang api
– niup terompet? No!!
– liat live music? hanya hiburan semu.
– joget joget? tak pantas.

Di akhir zaman seperti ini adalah masa untuk:

~ lebih banyak mengalokasikan waktu untuk sholat wajib berjamaah di masjid.

~ menghadiri majelis kajian ilmu Alquran dan Assunah.

~ menghadiri live tausiyah/ nasehat agama.

~ mendengar tilawah, tadarus, tadabur dan menambah hafalan ayat/ surat Alquran.

~ menambah sholat sunnah dan meningkatkan kualitas sholat tahajjud.

~ bermuhasabah.

~ mengisi waktu utk lebih banyak berdzikir & berdoa.

Dulu, kita hanya menjumpainya di masjid-masjid LDII.

Kini, semakin banyak masjid-masjid dimakmurkan oleh para jamaahnya, tidak harus menunggu pergantian tahun atau moment tertentu.

Berkumpul dengan orang-orang yang sholeh akan mengubah kita dari 6 perkara kepada 6 perkara:

1. Dari keraguan dalam perkara agama, menjadi semakin yakin, tambah mantap keimanan kita.

2. Dari sikap riya’ dan sum’ah dalam beribadah, menjadi ikhlas/ murni karna mengharap rahmatNYa dan khawatir akan adzabNYA semata.

3. Dari lalai mengingat Allah, menjadi senantiasa berdzikir.

4. Dari cinta dunia yang fana, menjadi cinta akhirat yang kekal abadi.

5. Dari sombong atau takabur atau ujub, menjadi tawadhu’.

6. Dari hal-hal yang mudharat, menjadi hal-hal yang maslahat dan manfaat bagi diri dan sesama.

Tinggalkan hingar bingar duniawi yang menipu, jangan habiskan malam dengan tasyabbuh, mari kita barokahkan malam-malam yang akan datang dengan mendekatkan diri kepada Allah, dengan landasan ilmu yang tepat : Alquran dan Assunah (Alhadits).

Pertanyaannya, di saat kebanyakan orang merayakan malam tahun baru dan sebagian lagi berusaha mencegah terlibat dalam hingar bingar malam tahun baru, kita ada di mana?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *