Motivasi Bekerja Mencari Rizqi dalam Pandangan Islam

By | 3 Oktober 2015

Motivasi Kerja 

Tak dipungkiri, kita hidup di dunia ini memang memerlukan harta benda keduniaan (duniawi) bahkan untuk urusan masa depan kita di akhirat pun perlu dibelani dengan yang namanya harta (dana).

Untuk kelancaran ibadah, kita diperlukan dana. Bukankah saat kita perlu shodaqoh jariyah, ya tentu pakai uang khan, memakai harta. Kita perlu membangun masjid sebagai tempat ibadah kita, membangun sarana prasarana ibadah, juga perlu dana, ya pake uang, nggak pake daun.

Supaya kita semangat dalam bekerja, perlu yang namanya motivasi bekerja.

Yang “Tetap” di Dunia ini adalah “Perubahan”

Kenyataannya, keadaan dunia ini teruslah berubah, karena yang TETAP di DUNIA ini adalah ya memang “PERUBAHAN”.

Keadaan dunia senantiasa berubah. Pada zaman dulu yang diceritakan dalam hadist, orang naik kendaraan itu paling banter hanya naik unta dan kuda.

Sekarang ini transportasi khususnya di perkotaan, tidak menggunakan unta atau kuda lagi. Untuk transportasi saat ini bisa memakai sepeda, motor, mobil, kereta, pesawat. Jadi, kita juga perlu penyesuaian. Sehingga, karena keadaan dunia ini terus berubah, maka kita perlu menyesuaikan keadaan.

Kita tidak naik kuda lagi, (karena sekarang kuda) sudah tidak digunakan untuk transportasi lagi (kecuali di tempat tertentu), sekarang ini kuda bukan sebagai alat transportasi utama, tapi hanya untuk hobby atau untuk dipacu dalam perlombaan berkuda.

Unta juga sekarang tidak umum dipakai untuk transportasi lagi. Jadi memang keadaannya (sudah) berubah. Oleh karena itu, kita juga menyesuaikan.

Kalau dulu, masjid di zaman Rosulullah SAW itu bawahnya hanya beralaskan pasir dan hanya dikasih batas-batas begitu saja. Tidak ada atapnya, tidak ada dindingnya. Tapi dengan perkembangan zaman, sekarang ini masjid-masjid beralaskan porselen, memakai marmer dan granit, tiangnya baik, lampunya terang, pakai atap, itulah namanya perkembangan.

Termasuk juga misalnya urusan tempat tinggal, dulu hanya pakai tenda. Sekarang ini rumah ada fasilitasnya, kamar tidur, kamar mandi, AC, ada minuman, bahkan tersedia makanan dan minuman yang disenangi.

Namun untuk hal yang prinsip dalam ibadah, tetap tidak berubah, seperti shalat ya tetap menghadap ke qiblat (Ka’bah), dan solatnya tetap seperti yang dikerjakan oleh Rasululloh SAW. Tentang ibadah tidak berubah, yang berubah adalah tempatnya dan fasilitasnya yang semuanya tentu memerlukan pembelaan harta.

Di Akhir Zaman, Harta Diperlukan untuk Menegakkan Dunia – Akhirat

Telah disabdakan Rasulullah SAW: ” (laa budda) tak boleh tidak, pembelaan di dalam menegakkan agama akan memakai dinar dan dirham (harta)…”

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :” اذا كان في اخر الزمان لا بد للناس فيها من الدراهم والدنانير يقيم الرجل بها دينه ودنياه

Rasulullah (SAW) bersabda: Ketika akhir zaman nanti, manusia di masa itu tidak boleh tidak memerlukan dirham dan dinar di dalam menegakkan agama dan dunianya. (Hadith riwayat Imam Al-Thabrani)

Di dalam menetapi dan menegakkan agama Allah ini, kita perlu harta, perlu harta benda dunia (baik uang maupun barang) di dalam urusan duniawi maupun urusan akherat (dunia – akhirat).

Dengan kata lain, kita perlu punya maisyah (المعيشة) / mata pencaharian, kita perlu mencari rezeqi (yang baik dan halal) agar bisa menegakkan agama Alloh selain dengan diri juga dibelani dengan harta (biamwalikum wa anfusikum).

Kita perlu harta dunia yang baik dan halal, untuk penyesuaian urusan ibadah.

Untuk penyesuaian seperti dijelaskan di atas, kita tentu perlu berusaha sebaik-baiknya untuk mencari harta dunia dengan maisyah masing-masing. Dalam Hadist Riwayat Ibni Majah diterangkan:

أَجْمِلُوْا فِى طَلَبِ الدُّنْيَا كُلُّ مُيَسَّرٌ مِّمَّا خُلِقَ لَهُ

Perbaikilah di dalam mencari dunia, semua itu dimudahkan atas qodarnya..(HR. Ibni Majah 2142)

Semua itu ada kemudahan, bilamana di dalam mencari dunia itu (dengan) sebaik-baiknya. Maksudnya (dengan sebaik-baiknya) itu (mencari) yang halal, yang diridhoi Allah SWT, yang benar, yang tidak mencuri, yang tidak yang harom, tidak riba, tidak budi ashor, tidak kriminal, yamg tidak merusak orang lain.

Mencari dunia itu dengan kerja yang baik, dagang yang baik, menjadi karyawan yang baik, menjadi manajer yang baik, menjadi PNS yang baik, menjadi apa saja yang baik. Dengan kebaikannya itu, semua mendapat kemudahan. Karena di dunia itu semuanya ada aturan. Aturan yang benar, aturan yang baik.

Kalau menjadi PNS, bisa tertib dan disiplin, sehingga disitu banyak kemudahan. Kalau jadi pengusaha, yang benar hitungannya supaya tidak bangkrut, tidak keliru. Jadi pemborong, supaya dihitung yang benar, dengan bangunan sekian, material sekian, ongkosnya sekian.

Jadi karyawan, jadi karyawan yang baik, tertib, disiplin sesuai dengan yang dijadwalkan. Datangnya yang tertib, semuanya sesuai dengan aturan. Dagang juga demikian, sesuai dengan aturan yang ada.

Jadi yang namanya أَجْمِلُوْا فِى طَلَبِ الدُّنْيَا itu, semua urusan dunia ada aturannya. Dunianya aturannya benar, tidak sampai budi ashor. Menurut agama, yang halal, yang barokah, tidak riba.

Mengapa kita mencari dunia dengan cara yang baik-baik? Karena, kadang-kadang, orang itu mencari dunia sedapatnya saja. Sampai-sampai kalau menurut orang yang putus asa, mengatakan:

“mencari yang haram saja susah, apalagi yang halal” akhirnya menghalalkan segala cara, tidak peduli halal-harom.

Padahal jauh-jauh sebelumnya di dalam hadist itu sudah disabdakan :

 أَجْمِلُوْا فِى طَلَبِ الدُّنْيَا.

Di dalam kita mendapat hasil rezeki yang nantinya bisa kita nikmati, bisa kita gunakan dan kita manfaatkan, haruslah dengan cara tidak merusak orang lain, tidak merugikan orang lain dan diri sendiri.

Maksudnya (merugikan diri sendiri itu), kita mencari dunia, kemudian salah jalan yakni melakukan riba, itu berarti merusak diri sendiri. Orang lain tidak tahu bahwa yang dimakan, yang digunakan, yang dinikmati oleh keluarganya nikmati itu padahal hasil riba semua, padahal riba itu jadinya api, neraka. Maka itulah (yang dimaksud) mencari dunia tapi yang bisa merusak dirinya sendiri.

Atau ada juga orang yang mencari dunia tapi dengan cara budi ashor, merusak orang lain. Anak dan istrinya juga tidak tahu. Dikiranya pagi berangkat kerja seperti biasa, pulang sore, lalu dapat uang. Padahal pekerjaannya itu budi ashor, apakah itu memaksa, merebut, merampas, mencuri, dll.

Perbaikilah Dunia kita tapi jangan lupa beramal u/ Akhiratmu seakan-akan kita mati besok

motivasi kerja, motivasi bekerja
حديث مرفوع) أَخْبَرَنا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ الأَنْبَارِيُّ ، ثنا أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْمِسْوَرِ ، ثنا مِقْدَامُ بْنُ دَاوُدَ ، ثنا عَلِيُّ بْنُ مَعْبَدٍ ، ثنا عِيسَى بْنُ وَاقِدٍ الْحَنَفِيُّ ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ أَرْقَمَ ، عَنِ الزُّهْرِيِّ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
 ” أَصْلِحُوا دُنْيَاكُمْ ، وَاعْمَلُوا لآخِرَتِكُمْ كَأَنَّكُمْ تَمُوتُونَ غَدًا

Adjust your Dunya and strive for your Akhirah as though you will be dying tomorrow 
(Hadith Addailamy)


“Perbaikilah duniamu (bekerja mencari nafkah sebaik-baiknya) dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok”

Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan kita untuk mencari nafkah dengan maisyah/ mata pencaharian cara yang sebaik-baiknya (yang baik dan halal), namun tetap tidak melupakan urusan ibadah sebagai persiapan akhirat.

خَيْرُكُمْ مَنْ لَمْ يَتْرُكْ آخِرَتَهُ لِدُنْيَاهُ ، وَلا دُنْيَاهُ لآخِرَتِهِ ، وَلَمْ يَكُنْ كَلا عَلَى النَّاسِ
  الخطيب).ر)
 

“Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang tidak meninggalkan akhiratnya karena urusan dunianya dan tidak pula meninggalkan dunianya karena akhiratnya, dan janganlah menggantungkan diri kepada manusia”

Berarti kita tidak dapat melakukan pembenaran tidak dapat beribadah karena sibuk bekerja mencari keduniaan, juga tidak dapat melakukan pembenaran hidup hanya untuk mencari akhirat kemudian tidak mau mencari maisyah.

Dua-duanya harus dicari, dan lebih utamanya adalah mencari akhirat. Ibarat membeli sapi (akhirat) maka pasti akan dibeli tali (keduniaan).

Namun, sebaliknya walaupun kita beli tali satu truk tidak akan dibeli sapi. Bila mempeng (bersungguh-sungguh) urusan ibadah/ akhirat, insyaAllah urusan keduniaan akan diberi kemudahan oleh Allah SWT.

Zaman terus berubah, perlu Penyesuaian, kita harus mencari rizqi Allah SWT, bukan dengan tujuan untuk menumpuk-numpuk harta, namun diniati untuk kelancaran urusan ibadah. Harta benda yang diperoleh digunakan sebanyak-banyaknya untuk kelancaran masa depan di akherat.

Itulah motivasi kerja dalam perspektif agama Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *