Sudahkan kita Punya Amalan Andalan?

By | 11 Januari 2016
amalan andalan

Apakah yang disebut Amalan Andalan?

Mungkin ada pembaca blog ini yang bertanya-tanya apa maksud judul blog ini “Sudahkan kita memiliki amalan andalan?”

Amalan” dalam judul di atas maksudnya adalah suatu perbuatan amal shalih dalam ibadah, dalam rangka menyembah Allah SWT sebagai Sang Pencipta dan Pengatur seluruh alam semesta.

Sementar “andalan” yakni bermakna “yang diandalkan”, sebagai sesuatu yang kita haturkan kehadapan Allah Yang Maha Esa agar mendapat ridho dan pertolongan-Nya baik di dunia dan utamanya di akhirat nanti.

Amalan andalan adalah suatu amalan “sunnah” yang kita kerjakan secara rutin (dihizibkan/ dilazimkan) di luar amalan wajib. Kalau amalan wajib seperti sholat 5 waktu, puasa ramadhan, zakat, menunaikan haji bagi yang mampu, memang sudah sewajarnya dilakukan karena sifatnya WAJIB!

Sedangkan amalan andalan adalah amalan sunnah yang sengaja kita wajibkan untuk diri kita, namun tentu atas dasar sunnah Rasulullah SAW.

amalan

Alloh SWT menyenangi amalan yang dikerjakan secara rutin walaupun sedikit dibandingkan amalan yang dikerjakan sekali saja.

Nabi Sulaiman seorang yang ahli shalat, Nabi Ayyub ahli dzikir, Nabi Daud ahli puasa, Abi Huroiroh ahli mencari ilmu, Ustman bin Affan ahli shodaqoh, Muthiah ahli melayani suami, dst.

Kisah tiga Orang Terjebak Gua Tertutup Batu Besar

Mungkin kita masih ingat kisah tiga orang yang terjebak dalam gua, dimana mereka tertutup batu besar di lubang gua yang berada di atas. Saat itu tidak ada sesuatupun yang bisa menolong mereka kecuali dengan pertolongan Allah SWT.

Akhirnya di saat kepepet seperti itu, setelah berunding, mereka bertiga sepakat memohon pertolongan Allah dengan mengajukan amalan yang sudah mereka kerjakan yang betul-betul diniati karena-Allah yakni mengharap keridhaan Allah SWT semata, barangkali dengan amalan yang terlah mereka kerjakan tersebut, Allah meridhoi dan memberikan pertolongan untuk membuka batu besar yang menghalangi gua tempat mereka terjebak.

Orang pertama, menghaturkan doa seraya menyebutkan amalan yang sudah dikerjakan yakni ia memiliki orang tua yang sudah sepuh, ia berupaya selalu selalu mengutamakan memberikan air susu perahannya untuk orang tuanya terlebih dahulu walaupun anak-anaknya merengek-rengek dan menangis minta air susu, ia tidak akan memberikannya sebelum diminum orang tuanya. Bilamana orangtuanya sedang tidur ia  akan menunggunya sampai bangun dan tidak berani membangunkannya walaupun anak-anaknya terus menangis memintanya.

Ia pun memohon kepada Allah jikalah Allah meridhoi amalannya tersebut maka tolonglah agar Allah membukakan batu besar yang menutupi gua tersebut.

MasyaAllah! dengan pengajuan doa yang dibarengi menghaturkan amalan tersebut, Allah mendengarkan doa mereka, dan bergeserlah batu besar yang menutupi gua itu satu geseran. Maka, sinar matahari cahayanya masuk menelusup gua.

Orang kedua, menyebutkan amalannya bahwa ia mencintai anak perempuan pamannya (sepupumya) yang cantik. Saat ia mengutarakan cintanya, sang perempuan pujaan hati memberikan syarat, ia mau menerima cinta sang pemuda bila ia memberikan dinar/dirham sekian, dan ia menyebutkan jumlah permintaannya (bila dapat mengumpulkan syarta tersebut maka dirinya bisa dimiliki sang pemuda). Akhirnya sang pemuda dengan sekuat tenaga dan kemampuan berusaha memperoleh sejumlah yang merupakan syarta tersebut dan akhirnya terkumpullah uang tersebut.

Kemudian ia datang menagih janji sang perempuan pujaan hati.  Sang perempuan tak bisa berkutik dan menyerahkan dirinya untuk sang pemuda. Saat sudah akan terjadi perzinahan dan sang pemuda sudah membuka tutup sang perempuan, tiba-tiba sang perempuan berkata “ittaqillah” (takutlah kamu kepada Allah). Seketika, sang pemuda mengurungkan niatnya karena betul-betul takut kepada Allah.

Amalan itulah yang ia haturkan kepada Allah, bahwa jika Allah meridhai amalannya, maka bukakanlah batu besar yag menutupi gua tersebut.

MasyaAllah! Allah mendengar doanya, batu besar bergeser kembali untuk yang kedua kali dan matahari makin terang menyinari gua, namun mereka belum bisa keluar gua.

Orang yang ketiga mengajukan doa seraya menghaturkan amalannya yakni ia memiliki pekerja dan ia menjadi seorang majikan. Saat sang pekerja akan diberi upah, ia menolaknya dan pergi meninggalkan sang majikan.

Sebagai majikan, ia tidak lantas merasa “kebetulan” upah ini ditolak sang pekerja. Ia dengan sungguh-sungguh malah mengembangkan upah yang ditolak itu hingga menjadi seekor sapi dan penggembalanya. Saat sang pekerja kembali menagih upahnya, ia menyerahkan sapi dan penggembalanya kepada sang pekerja. Tentu saja sang pekerja kaget brecampur tak percaya.

Orang ketiga, sang majikan ini, menghaturkan amalan yang betul-betul berharap ridha Allah SWT tersebut agar Allah membukakan batu besar yang menghalangi mereka.

MasyaAllah! batu besar bergeser dan mereka bertiga bisa keluar dari gua tersebut, berkat “amalan andalan” yang mereka miliki.

Kisah Bilal Bin Rabbah, masih hidup tapi suara kresek-kresek bergesernya bakiaknya sudah terdengar di surga.

Bilal bin rabbah tentu kita tidak asing lagi. Beliau adalah shahabat Nabi Muhammad SAW yang merupakan mantan budak yang kemudian menjadi muadzin di zaman Rasulullah SAW.

Rasulullah terheran-heran, amalan apakah gerangan yang diamalkan Bilal hingga walaupun Bilal masih hidup namun suara bergeser bakiaknya sudah terdengar di surga?!

MasyaAllah! kok bisa ya?

Ternyata, ia memiliki sebuah amalan yang selalu berwudhu dan salat dua rakaat pasca wudhu. Ia selalu dalam keadaan suci.

Ternyata, amal andalan tidak selalu harus sesuatu yang terlihat wah atau hebat. Dengan amalan rutin yang hita hizibkan, bisa menjadi amalan andalan yang bisa kita ajukan kepada Allah agar mendapat ridhanya, khususnya di akhirat nanti saat hanya dengan ridha dan pertolongan Allah kita bisa selamat dari adzab/ sikasa neraka Allah.

Amalan andalan yang bisa kita lakukan misalnya sebagai ahli berdoa, ahli shodaqoh, ahli membaca alquran, ahli puasa sunnah, ahli shalat sunnah (shalat dhuha, shalat tasbih, salat tobat, salat sunnah sebelum dan sesudah shalat wajib, ahli shalat malam/tahajud), berbakti kepada orang tua, dan amalan apapun yang kita haturkan kepada Allah, hanya berniat karena-Allah semata, betul-betul lillahi ta’ala, “yarjuuna rohmatahu wayakhofuuna adzabahu”.

Belum punya amalan andalan? yuk kita cari dan gali yang kita mampu melakukannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *