24 Maret 1946 Peristiwa Sejarah Bandung Lautan Api

By | Maret 24, 2013
bandung lautan api

Tahukah Anda bahwa tanggal 24 Maret adalah peringatan peristiwa sejarah yang menggambarkan kegigihan para pejuang serta kebesaran rasa cinta warga kota Bandung terhadap kotanya?.

Mereka rela membumihanguskan Bandung daripada menyerahkannya kepada tentara NICA Belanda dan sekutunya.

Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 24 Maret 1946 yang kita kenal dengan Bandung Lautan Api (BLA). Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung bersama para pejuang.

Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.

Rakyat Bandung tidak rela kota Bandung dimanfaatkan oleh musuh sehingga mereka rela membumi hanguskan membakar rumah-rumah mereka.

Peristiwa ini memang merupakan peristiwa heroik warga Kota Bandung yang perlu kita kenang bersama dan menjadi pengobar Semangat. Karena Gelora Semangat inilah sehingga nama Gelora Bandung Lautan Api merupakan salah satu rekomendasi yang diusulkan dalam penamaan SUS (Stadion Utama Sepakbola) Gedebage Bandung yang nantinya menjadi markas Persib.

Peringatan kenangan sejarah ini tadi malam diperingati dan dirayakan secara meriah. Ribuan manusia di Bandung tenggelam dan bersuka ria mengaktualisasikan dan memeriahkan peringatan Bandung Lautan Api.

Di Lapangan gasibu ribuan pesepeda onthel larut dalam acara Bandoeng Laoetan onthel III. Lapangan tegallega juga meriah, warga kota Bandung melakukan pawai obor berawal dari Tegallega ke Balaikota Bandung. Di Kampus universitas Padjadjaran di jalan dipati ukur dimeriahkan dengan acara “The 5th International Kampoeng jazz” bernostagia bersama Fariz RM and Anthology, Indra Lesmana dan Andien.

Di Batununggal, salah satu stasiun televisi menggelar acara besar-besaran. Sementara itu di Padepokan Seni Mayang Sunda di Jalan Peta menggelar pertunjukan seni dan budaya Sunda dengan pengisi acara Reog Gembol Grup. Hingga di Lapangan Brigif Cimahi warga Bandung dihibur drama komedi Opera Van java.

Seperti dilaporkan Harian Pikiran Rakyat hari ini (24/3) peringatan Bandung Lautan Api ini Alhamdulillah berjalan lancar dan tidak menimbulkan kemacetan berarti seperti yang dihawatirkan berbagai pihak walaupun agenda kegiatan di Kota Bandung itu begitu padatnya.

Kemungkinan karena turun hujan pada sore hari kemarin sehingga lokasi-lokasi yang awalnya dikhawatirkan menyedot massa malah tampak lengang. Memang pada beberapa ruas jalan terjadi antrean namun cepat mencair. Tentu saja ini adalah bagian dari upaya, koordinasi, kerjasama Pemkot Bandung, Polrestabes Bandung, Dinas Perhubungan dan Kodam Siliwangi.

Peristiwa Bandung Lautan Api

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Setelah Jepang kalah, tentara Inggris datang untuk melucuti tentara Jepang. Mereka berkomplot dengan Belanda dan memperalat Jepang untuk menjajah kembali Indonesia.

Setelah penandatanganan perjanjian kapitulasi Jepang, seluruh persenjataan Tentara Kekaisaran Jepang diserahkan tanpa syarat kepada Tentara Sekutu yang akan mengembalikan kekuasaanBelanda di Hindia-Belanda. Namun persenjataan Tentara Kekaisaran Jepang banyak direbut oleh pejuang kemerdekaan Republik Indonesia.

Pada tanggal 21 November 1945, Tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama agar kota Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak Republik Indonesia selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945. Para milisi dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia harus menyerahkan senjata yang mereka rampas dari Tentara Kekaisaran Jepang. Karena apabila ultimatum penyerahan tersebut tidak diindahkan, tentara Sekutu akan mengambil tindakan militer untuk menegakkan tujuan tersebut.

Peringatan ini tidak dihiraukan oleh pihak tentara Republik. Sejak saat itu sering terjadi bentrokan senjata dengan tentara Sekutu. Kota Bandung terbagi menjadi dua, Bandung Utara dan Bandung Selatan.

Oleh karena persenjataan yang tidak memadai, pasukan TKR dan para pejuang lainnya tidak dapat mempertahankan Bandung Utara. Akhirnya Bandung Utara dikuasai oleh tentara Sekutu.

Pada tanggal 23 Maret 1946 tentara Sekutu kembali mengeluarkan ultimatum ke-2. Mereka menuntut agar semua masyarakat dan pejuang TKR mengosongkan kota Bandung bagian selatan. Perlu diketahui bahwa sejak 24 Januari 1946, TKR telah mengubah namanya menjadi TRI.

Demi mempertimbangkan politik dan keselamatan rakyat, pemerintah memerintahkan TRI dan para pejuang lainnya untuk mundur dan mengevakuasi Bandung Selatan. setelah mengadakan musyawarah, para pejuang sepakat untuk menuruti perintah pemerintah. Tapi mereka tidak mau menyerahkan kota Bandung bagian selatan itu secara utuh.

Rakyat pun diungsikan ke luar kota Bandung. Para anggota TRI dengan berat hati meninggalkan Bandung bagian selatan. Sebelum ditinggalkan Bandung Selatan dibumihanguskan oleh para pejuang dan anggota TRI. Peristiwa ini di kenal dengan sebutan “Bandung Lautan Api”.

Dalam rangkaian peristiwa tersebut Toha gugur dalam misinya menghancurkan gudang amunisi Tentara Sekutu. Dalam peristiwa ini juga terlahir lagu Halo, Halo Bandung yang dinyanyikan para tentara Republik dalam penantian mereka untuk kembali ke rumah mereka di Bandung.

Setelah penandatanganan perjanjian kapitulasi Jepang, seluruh persenjataan Tentara Kekaisaran Jepang diserahkan tanpa syarat kepada Tentara Sekutu yang akan mengembalikan kekuasaanBelanda di Hindia-Belanda. Namun persenjataan Tentara Kekaisaran Jepang banyak direbut oleh pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Pada tanggal 21 November 1945, Tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama agar kota Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak Republik Indonesia selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945. Para milisi dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia harus menyerahkan senjata yang mereka rampas dari Tentara Kekaisaran Jepang. Karena apabila ultimatum penyerahan tersebut tidak diindahkan, tentara Sekutu akan mengambil tindakan militer untuk menegakkan tujuan tersebut.

Peringatan ini tidak dihiraukan oleh pihak tentara Republik. Sejak saat itu sering terjadi bentrokan senjata dengan tentara Sekutu. Kota Bandung terbagi menjadi dua, Bandung Utara dan Bandung Selatan. Oleh karena persenjataan yang tidak memadai, pasukan TKR dan para pejuang lainnya tidak dapat mempertahankan Bandung Utara. Akhirnya Bandung Utara dikuasai oleh tentara Sekutu.

Pada tanggal 23 Maret 1946 tentara Sekutu kembali mengeluarkan ultimatum ke-2. Mereka menuntut agar semua masyarakat dan pejuang TKR mengosongkan kota Bandung bagian selatan. Perlu diketahui bahwa sejak 24 Januari 1946, TKR telah mengubah namanya menjadi TRI.

Demi mempertimbangkan politik dan keselamatan rakyat, pemerintah memerintahkan TRI dan para pejuang lainnya untuk mundur dan mengevakuasi Bandung Selatan. setelah mengadakan musyawarah, para pejuang sepakat untuk menuruti perintah pemerintah. Tapi mereka tidak mau menyerahkan kota Bandung bagian selatan itu secara utuh.

Rakyat pun diungsikan ke luar kota Bandung. Para anggota TRI dengan berat hati meninggalkan Bandung bagian selatan. Sebelum ditinggalkan Bandung Selatan dibumihanguskan oleh para pejuang dan anggota TRI. Peristiwa ini di kenal dengan sebutan “Bandung Lautan Api”. Dalam rangkaian peristiwa tersebut Toha gugur dalam misinya menghancurkan gudang amunisi Tentara Sekutu. Dalam peristiwa ini juga terlahir lagu Halo, Halo Bandung yang dinyanyikan para tentara Republik dalam penantian mereka untuk kembali ke rumah mereka di Bandung.

Halo-halo Bandung Ibukota Periangan
Halo-Halo Bandung Kota kenang-kenangan
Sudah Lama Beta Tidak Berjumpa Dengan Kau
Sekarang telah menjadi lautan Api
Mari Bung Rebut kembali…

Istilah Bandung Lautan Api muncul di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari puncak itu Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi.

Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman dengan bersemangat segera menulis berita dan memberi judulBandoeng Djadi Laoetan Api. Namun karena kurangnya ruang untuk tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi Bandoeng Laoetan Api.

sumber: wikipedia, bandung heritage

3 thoughts on “24 Maret 1946 Peristiwa Sejarah Bandung Lautan Api

  1. Media Promosi Online | Pasang Gratis Iklan Jual Beli

    Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai perjuangan pendahulunya..
    Masihkah generasi muda saat ini mengenang dan menghargai perjuangan para pejuang ini…?

    Reply
  2. Reno Rasiwara

    Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai indahnya indonesia.Benar benar bermamfaat dalam menambah wawasan kita mengenai indonesia.Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai Indonesia yang bisa anda kunjungi di Informasi Seputar Indonesia

    Reply
  3. hilda

    Teriamaksih informasinya, itu sangat bermanfaat sekali mengenai sejarah indonesia disaat masa penjajahan

    Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *